SUTET, sebuah Pengorbanan untuk Kepentingan Bangsa
(oleh : Arief Rakhman Prasetyo )
Kebutuhan terhadap tenaga listrik semakin hari semakin meningkat. Tentu saja harus diikuti dengan penambahan jumlah sarana transmisi (penyaluran) dan sarana distribusi (pembagian) listrik. SUTET adalah singkatan dari Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi dengan kekuatan 500 kV yang ditujukan untuk menyalurkan energi listrik dari pusat-pusat pembangkit yang jaraknya jauh menuju pusat-pusat beban (gardu-gardu induk) sehingga energi listrik bisa disalurkan dengan efisien. Kemudian ada lagi SUTT (Saluran Udara Tegangan Tinggi) yang kapasitasnya di bawah SUTET, yang fungsinya juga menyalurkan energi listrik dari pusat pembangkit menuju pusat beban. Kalau kita melewati jalan raya, di tepi jalan akan terlihat tiang-tiang listrik Jaringan Tegangan Menengah (JTM) dengan kekuatan 20 kV. Sedangkan di tepi jalan-jalan desa, akan terlihat tiang-tiang listrik Saluran Rumah (SR) yang lebih kecil dari JTM dengan kapasitas 220 V. Untuk mendistribusikan listrik ke masyarakat memerlukan semua jaringan itu, dari SUTET, JTM, hingga SR. Jika salah satu bagian saja hilang, maka distribusi listrik akan berjalan tidak seimbang. Tentu saja, masyarakat hanya bisa mengeluh dan menyalahkan pemerintah (PLN).
Berbagai macam kekhawatiran muncul akan dampak SUTET terhadap kesehatan bagi penduduk yang tinggal di wilayah yang dilewati jalur SUTET. Sebuah penelitian pertama kali dilakukan oleh Wertheimer dan Leper pada tahun 1979 yang menemukan adanya pengaruh medan elektromagnetik yang bisa menyebabkan kanker otak pada anak. Perlu diketahui bahwa setiap aliran listrik pasti menimbulkan medan magnet di sekeliling penghantar. Namun, besarnya berbeda-beda tergantung pada jarak terhadap penghantar dan besarnya arus listrik yang mengalir. Semakin dekat jaraknya, dan semakin besar arusnya tentu saja semakin besar medan magnet yang terpanjar. Jika kita amati, pada SUTET yang berkapasitas 500 kV, arus yang mengalir sangatlah besar, dan tentu saja medan magnet yang terpanjar sangat besar pula. Hal inilah, yang menurut Wertheimer dan Leper, beresiko menimbulkan kanker otak pada anak.
Akan tetapi, penelitian tidak berhenti sampai di situ saja. Sejak penelitian tersebut, berbagai studi epidemiologi dan laboratorium lainnya dilakukan sebagai replikasi dan eskpansi penelitian Wertheimer di berbagai negara. Namun hasil yang didapat justru beragam, bahkan sebagian besar bersifat kontradiktif. Dilaporkan, studi Feyching dan Ahlboum, 1993, meta analisisnya merupakan penelitian yang mendukung hasil Wertheimer, sedangkan studi National Cancer Institute (NCI) tahun 1997 di Amerika Serikat, studi Kanada 1999, studi Inggris 1999-2000 dan studi Selandia Baru menemukan hasil yang tidak mendukung Wertheimer.
Sebuah studi yang dilakukan oleh Dr. Gerald Draper dan koleganya dari Chilhood Cancer Research Group di Oxford University dan Dr. John Swanson, penasehat sains di National Grid Transco, menemukan bahwa anak-anak yang tinggal kurang dari 200 meter dari jalur tegangan tinggi, saat dilahirkan memiliki resiko menderita leukimia sebesar 70 persen daripada yang tinggal dari jarak 600 meter atau lebih. Ditemukan lima kali lipat lebih besar kasus leukimia pada bayi yang dilahirkan di daerah sekitar SUTET atau sebesar 400 dalam setahun dari 1 persen jumlah penduduk yang tinggal di daerah tersebut. Secara keseluruhan, anak-anak yang hidupnya dalam radius 200 meter dari tiang tegangan tinggi sekitar 70 persen diantaranya terkena leukimia dan yang hidup antara 200-600 meter sekitar 20 persen dibandingkan dengan yang tinggal lebih dari 600 meter. Walaupun demikian, peningkatan resiko leukemia masih ditemukan pada jarak dimana besar medan listrik bernilai di bawah kondisi di dalam rumah, sehingga disimpulkan bahwa peningkatan resiko leukemia tidak diakibatkan oleh medan listrik atau medan magnet yang diakibatkan oleh SUTET
Berdasarkan hasil penelitian Dr. dr. Anies, M.Kes. PKK, pada penduduk di bawah SUTET 500 kV di Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Pemalang, dan Kabupaten Tegal (2004) menunjukkan bahwa besar risiko electrical sensitivity pada penduduk yang bertempat tinggal di bawah SUTET 500 kV adalah 5,8 kali lebih besar dibandingkan dengan penduduk yang tidak bertempat tinggal di bawah SUTET 500 kV. Secara umum dapat disimpulkan bahwa pajanan medan elektromagnetik yang berasal dari SUTET 500 kV berisiko menimbulkan gangguan kesehatan pada penduduk, yaitu sekumpulan gejala hipersensitivitas yang dikenal dengan electrical sensitivity berupa keluhan sakit kepala (headache), pening (dizziness), dan keletihan menahun (chronic fatigue syndrome). Hasil penemuan Anies menyimpulkan bahwa ketiga gejala tersebut dapat dialami sekaligus oleh seseorang, sehingga penemuan baru ini diwacanakan sebagai "Trias Anies".
Corrie Wawolumaya dari Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pernah melakukan penelitian terhadap pemukiman di sekitar SUTET. Hasilnya tidak ditemukan hubungan antara kanker leukemia dan SUTET
John Moulder mencoba menarik kesimpulan dari ratusan penelitian tentang dampak SUTET terhadap kesehatan. Moulder menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan sebab akibat antara medan tegangan listrik dan kesehatan manusia (termasuk kanker). Walaupun demikian medan tegangan listrik belum bisa dibuktikan benar-benar aman. Selain itu disepakati juga bahwa jika ada bahaya kesehatan terhadap manusia, maka itu hanya terjadi pada sebagian kecil kelompok.
WHO berkesimpulan bahwa tidak banyak pengaruh yang ditimbulkan oleh medan listrik sampai 20 kV/m pada manusia dan medan listrik sampai 100 kV/m tidak mempengaruhi kesehatan hewan percobaan. Selain itu, percobaan beberapa sukarelawan pada medan magnet 5 mT hanya memiliki sedikit efek pada hasil uji klinis dan fisik.
Saat sebagian besar penelitian mengungkapkan tidak ada hubungan yang sangat erat antara medan elektromagnetik yang diakibatkan SUTET terhadap fisik manusia, apalagi dengan adanya standar penerapan SUTET dari WHO (yang diterapkan PLN/Pemerintah) yang meminimalisir kerugian yang berefek pada manusia, dan mengingat kebutuhan yang memang sangat penting untuk pendistribusian energi listrik ke semua pelosok negeri dengan kapasitas sesuai kebutuhan. Memang permasalahan yang masih serius adalah masalah biaya penggantian tanah yang digunakan untuk pengadaan jaringan SUTET yang masih di bawah standar. Lalu siapa yang salah ?
Ketika dana yang disiapkan pemerintah mungkin memang terbatas, sementara sebagian rakyat yang memiliki lahan SUTET memang benar-benar butuh uang pengganti tersebut. Yang salah adalah pihak-pihak yang memancing di air keruh, yang memanfaatkan momen ini untuk kepentingan dirinya sendiri, pihak-pihak yang sudah memahami bahwa pemerintah masih “banyak hutang” tetapi malah membebani pemerintah dengan perilaku korupsi terhadap biaya penggantian lahan untuk SUTET, pihak-pihak yang aji mumpung, menerapkan harga tanah yang berlebihan mumpung pemerintah tidak punya pilihan selain membeli tanah rakyat, dan pihak-pihak yang terlalu berlebihan dan terlalu berhati-hati tidak pada tempatnya dengan menganggap SUTET seolah-olah akan “membunuh” masyarakat atau bahkan pihak-pihak yang menyengaja kericuhan ini untuk menghancurkan pihak lain supaya kelompoknya mendapat keuntungan politik yang imbasnya juga untuk kepentingan dirinya sendiri.
Saat inilah, jiwa-jiwa nasionalisme rakyat diuji, apakah rakyat masih gemar memanfaatkan Negara untuk kepentingan pribadinya sendiri ataukah rakyat sudah benar-benar bisa “merakyat” dengan melancarkan program SUTET pemerintah ini. Tentunya pemerintah sebagai lembaga yang merepresentasikan bangsa, bukan pemerintah sebagai personal. Wallahu A’lam