Minggu, 10 Juni 2007

Untukmu saudaraku !!!

Teringat konon ada guru SMAku iseng mengamati anak-anak SMA yang berangkat masuk sekolah. Ternyata dia coba memperkirakan "kekayaan" siswanya. So ...
Coba tebak berapa "harga dirimu" !!!

Kita hitung dari atas ke bawah (versi pria):
1. Helm yg kamu pakai harganya 35-200 ribu (anggap aja 50 ribu)
2. Kacamata seharga 100-300 ribu (anggap aja 150 ribu)
3. MP3/MP4 yang menempel di telingamu 250-500 ribu (anggap aja 300 ribu)
4. Baju yang kamu pakai 30-70 ribu (anggap aja 40 ribu)
5. Celana yang kamu pakai 40-100 ribu (anggap aja 50 ribu)
6. Pakaian dalam 25-50 ribu (anggap aja 30 ribu)
7. Tasmu seharga 50-250 ribu (anggap aja 70 ribu)
8. Laptop yang kamu punya 5-15 juta (anggap aja 8 juta)
9. HP yang kamu punya 300 ribu-2 juta (anggap aja 800 ribu)
10. Sepatu seharga 40-200 ribu (anggap aja 80 ribu)
11. Motor seharga 5-18 juta (anggap aja 8 juta)

Jadi harga diri kita Rp. 17.570.000,00. Kira-kira segitu lah, yang harus ditanggung oleh orangtua tercinta kita. Luar biasa bukan ???
Nih ... perkiraan minimal. Sapa tau ada tambahan lagi !!
Trus apakah kamu bangga dengan kekayaan itu ???
Bagaimana jika tiba-tiba barang itu hilang satu per satu ... Sudahkah kamu memikirkannya ?

Bersyukurlah kepada Yang memberikan rezeki sebenarnya ... ALLAH SWT !!!
Jangan pamer, karena sebenarnya kamu kebetulan pas dapat nasib baik. Bisa saja suatu saat keadaan berbalik, kamu jadi si tak mampu dan orang lain menjadi si mampu. Bayangkan jika kamu menjadi si tak mampu ...

Padahal keadaan kita yang "mapan" ini adalah ujian dari ALLAH. Dan menjadi kewajiban kita pula untuk membantu saudara-saudara kita yang lain. Karena bisa jadi yang mempunyai akses kuliah, akses menjadi pemimpin, akses menjadi kaya ... itu adalah kita yang jumlahnya sedikit.
Apakah kamu termasuk barisan penginjak-injak rakyat kecil dengan sikap egoismu terhadap nasibmu sendiri ? Tanpa bertanggung jawab kepada orang lain ... Jika itu yang kamu perbuat, sungguh DZOLIM !!

Membantu tidak hanya dalam konteks materi (harta), tetapi dalam segala hal. Misal membela hak-hak kaum miskin, memberikan banyak perhatian kepada mereka, membangkitkan semangat mereka dalam bekerja, memberikan pelatihan-pelatihan kepada mereka, dan masih banyak lagi ... Jadi mulai dari sekarang, terimalah mereka (orang miskin) dengan sepenuh hati. Karena mereka tidak menulari Anda.


akh_arman "progresif"

Rabu, 06 Juni 2007

PERCEPATAN PEMBELAJARAN

Peningkatan kapabilitas seseorang sangat bergantung tidak hanya dari kemampuan personal yang ada dalam diri individu tetapi juga sangat bergantung kepada bagaimana sebuah lingkungan bisa memberi perilaku perilaku paksaan yang dapat membangkitkan emosi dan motivasi untuk bergerak maju. Hal inilah yang perlu dipahami bagi setiap individu yang merasa perlunya sebuah peningkatan kualitas diri.

Sebagai contoh jika dibandingkan 2 orang mahasiswa yang mempunyai kapabilitas sama tetapi menghadapi tantangan yang berbeda, misalnya yang satu menjabat kepengurusan organisasi di tingkat jurusan sementara yang lain menjabat di tingkat universitas. Tentunya yang mendapat tantangan lebih besar akan memperoleh hasil pembelajaran yang lebih baik daripada yang lebih kecil tantangannya. Akan tetapi, jabatan adalah sebuah permisalan. Bisa jadi tekanan tersebut berwujud waktu deadline suatu tugas, kesibukan akademik, tekanan masyarakat, atau dalam bentuk lain yang pada intinya memacu diri untuk cepat belajar dari pengalaman.

Lalu dalam konsep dakwah yang ada, akan sangat sulit jika kepahaman tentang dakwah maupun tentang agama belum merata di semua lini. Karena imbasnya terkadang justru saling melemahkan semangat dakwah satu sama lain, entah dengan bentuk psikologis, sosial maupun yang lain. Lalu pertanyaan yang ada apakah tahapan-tahapan dalam penyampaian materi dakwah harus dilangkahi atau dengan kata lain perlu sebuah percepatan penyampaian materi dakwah perlu dilakukan. Perlu sebuah komunikasi yang baik yang tidak saling merendahkan dan bisa membangun kesepakatan perlunya sebuah kesepahaman di setiap lini tersebut. Karena toh jika hanya beberapa orang yang paham sementara yang lain belum terlalu paham, hal ini akan sangat mengganggu tataran dakwah itu sendiri. Karena percepatan penyampaian materi dakwah ini juga sebuah dakwah, sebagaimana orang yang sama sekali belum pernah ngaji lalu secara kontras dipercepat untuk ngaji.

Sebaiknya yang dilakukan oleh orang-orang yang ”dipaksa” sistem untuk mempercepat pembelajaran adalah bagaimana mereka bisa menyadari dan memahami keadaan mereka, sehingga mereka bisa membangkitkan semangat untuk menjalani proses percepatan tersebut. Jangan sampai mereka tidak menyadari dan akibatnya justru tidak ada perubahan penting saat sebelum dan sesudah mereka mendapat perlakuan dari sistem tadi. Dan akan lebih baik jika orang-orang yang berada di luar sistem mengingatkan saudaranya akan ketidaksadarannya, toh kita berkewajiban mengingatkan satu sama lain.

Senin, 04 Juni 2007

Dilematika Kelistrikan Nasional

Permasalahan awet yang melanda bangsa ini salah satunya adalah masalah kelistrikan. Padahal di jaman modern, keberadaan listrik sudah menjadi keharusan. Keberlangsungan masalah itu bukan berarti pemerintah yang pasif. Akan tetapi, masih ada pergolakan yang menyebabkan proses penyelesain masalah itu sendiri tertunda. Pro dan kontra seputar kebijakan-kebijakan ketenagalistrikan masih terus bergulir, seolah tidak ada ramuan yang paling ideal untuk segala pihak. Akhirnya, ketenagalistrikan nasional berjalan di tempat, kalau tidak mau disebut mundur perlahan-lahan.

Gerakan hemat energi yang gagal

“Hemat energi, hemat biaya !”, mungkin itu salah satu bunyi iklan yang sering kita dengar. Sayangnya, imbauan ini tidak berimbas banyak kepada masyarakat. Perlu sosialisasi lebih lanjut untuk membangun kesadaran bersama bahwa energy listrik adalah milik kita bersama, tidak hanya milik personal. Saat hemat energy berarti hemat biaya, ini berarti saat masyarakat mampu membayar listrik yang mahal, mereka bebas menggunakan listrik seenaknya. Makanya, perlu dibangun lagi kesadaran bagaimana kesulitan-kesulitan yang dialami kelistrikan nasional. Mulai dari pembuatan listrik yang butuh banyak sumber energy sampai masalah subsidi yang harus dikeluarkan pemerintah untuk setiap kilo watt yang digunakan masyarakat. Kepahaman masyarakat pun belum menyeluruh terkait cara-cara penghematan listrik. Masih banyak penggunaan peralatan listrik yang berdaya lebih dari kewajaran. Ada pula budaya mengecilkan sesuatu, dengan menganggap pemborosan yang dilakukan sendiri tidak berpengaruh apa-apa dibanding total beban listrik nasional. Jika berguru ke Jepang, masyarakat Indonesia sangat jauh dari budaya hemat. Masyarakat Jepang biasa mematikan lampu saat malam hari, menggunakan sepeda atau angkutan umum dalam perjalanannya, menggunakan peralatan-peralatan elektronik yang berdaya rendah, bahkan hingga tidak menganggap label modern identik dengan boros energy. Budaya hemat di negeri ini hanya menjadi bagian dari kalangan ekonomi menengah ke bawah.

Masih ada yang belum menikmati listrik

Dari keseluruhan desa di Indonesia, masih ada sekitar 11% yang belum mendapat pasokan listrik. Memang kendala terbesarnya adalah keadaan geografis. Jika ini didiamkan saja, berarti pemerintah mendiskriminasikan daerah terpencil dalam alur pembangunan nasional. Perlu penelitian lebih lanjut untuk merumuskan cara mengusahakan listrik di daerah-daerah, selain dengan cara membuka jalur pentransmisian baru. Mengingat kondisi lapangan yang tidak lagi memungkinkan. Bisa jadi dengan memanfaatkan potensi local daerah tersebut. Ditambah lagi dengan prosedur pemasangan listrik yang kompleks di beberapa daerah. Setelah itu, yang juga perlu diperhatikan bahwa masyarakat kecil jangan sampai terkurangi aksesnya untuk memperoleh listrik hanya karena alasan ekonomi. Listrik adalah hajat hidup orang banyak, tentunya menjadi tanggung jawab pemerintah. Karena jaman sekarang, tanpa listrik yang ada hanya kekolotan dan tradisionalisme. Memang pihak penyedia listrik Negara tidak bisa memungkiri telah mengecilkan perhatian terhadap kelistrikan di daerah-daerah terpencil.

Listrik yang mahal

Jenis pembangkit listrik terbanyak sampai sejauh ini masih berupa pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD). Pada tahun 2004 saja, dari 5.123 pembangkit yang ada, 4.776 diantaranya adalah pembangkit listrik tenaga diesel. Kebanyakan dari diesel itu menggunakan bahan bakar minyak (BBM). Harga BBM semakin lama semakin mahal sehingga berimbas ke harga listrik itu sendiri. Sementara kas Negara tidak bisa mengikuti kenaikan harga BBM itu, subsidi pemerintah pun berkurang. Langkah yang paling memungkinkan adalah dengan menaikkan tarif dasar listrik. Subsidi pemerintah terhadap BBM hendaknya diupayakan lebih tepat sasaran. Selama ini, subsidi itu diberikan sama rata kepada seluruh rakyat. Padahal untuk lebih mengefektifkan anggaran, pemerintah bisa saja lebih mengutamakan rakyat kecil. Maksudnya, masyarakat dari golongan ekonomi menegah ke atas dibebani biaya tanpa subsidi. Sedangkan, alokasi subsidi itu nantinya dapat dialihkan untuk pos penting lainnya. Toh, sebetulnya yang paling banyak mengonsumsi BBM justru dari kalangan menengah ke atas. Belum lagi adanya permasalahan klasik dalam hal rugi-rugi daya atau masalah-masalah teknis lainnya yang belum dapat terselesaikan tuntas. Padahal sudah banyak lulusan teknik elektro yang seharusnya bisa dikaryakan untuk mengatasi masalah teknis seperti itu. Tak dapat dipungkiri pula, masih adanya penyalahgunaan jabatan dan kekuasaan sehingga masyarakat menjadi korban “kekurangan” dana kelistrikan tersebut.

Energi alternative

Penelitian telah membuktikan bahwa diantaranya tanaman jagung,ketela, jarak pagar dan sawit dapat menghasilkan minyak. Harga minyak nabati itu jauh lebih murah dibanding harga minyak bumi. Akan tetapi, banyak sekali kendala dalam pengadaannya. Pemerintah tidak punya inisiatif untuk memfasilitasi penelitian dan pengadaan minyak nabati tersebut. Belum lagi saat pembukaan lahan untuk perkebunan tanaman-tanaman tersebut, menyisakan luka ekologis. Seperti mempersempit habitat spesies-spesies hutan, mengganggu keseimbangan alam, dan mengurangi keanekaragaman hayati. Ditambah lagi anggapan bahwa pemanfaatan minyak nabati, khususnya dari jagung dan ketela, akan memunculkan krisis pangan. Di sisi lain, energy alternative nuklir juga tidak luput dari pro dan kontra. Energi yang sampai saat ini masih menjadi sumber energy paling murah dan efektif, masih juga menimbulkan kekhawatiran terkait keamanannya. Tidak ada kepercayaan penuh kepada pemerintah Justru kebijakan yang diambil pemerintah (Perpres No.71/2006) adalah membangun pembangkit tenaga listrik tenaga uap berbahan-bakar batu bara. Asumsinya cadangan batu bara masih melimpah dengan kemungkinan baru akan habis sampai 100 tahun ke depan.

Pemerintah harus tegas dalam menghadapi pro dan kontra seputar ketenagalistrikan tersebut. Setidaknya pemerintah mempunyai kuasa untuk memilih dan harus mendapat kepercayaan penuh dari masyarakat. Iran sudah berdiri paling depan di barisan Negara berteknlogi nuklir, India Berjaya di bidang informatika, sementara Indonesia masih saja berkutat dalam perdebatan panjang tentang perlu tidaknya pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir, dan lainnya. Permasalahan listrik sekarang tidak hanya berimbas kepada generasi ini, tetapi juga berimbas sampai generasi beratus-ratus tahun berikutnya. Bisa jadi, pada masa mendatang Indonesia harus membeli energy dari Negara lain karena cadangan energi yang tidak terkontrol penggunaannya di era sebelumnya.

Kasus Turki, Demokrasi = Anti Islam

Turki memiliki sejarah panjang dalam penyelenggaraan pemerintahan, khususnya pemerintahan Islam. Sekitar pertengahan abad ke-13, Turki masih berupa kabilah kecil yang dipimpin oleh Erthogul. Sampai kemudian, seiring jatuhnya Kesultanan Seljuk oleh Mongol, kabilah kecil itu bisa memanfaatkan peluang untuk menggantikan posisi kalifah. Selanjutnya kabilah kecil yang sudah menjadi khalifah itu terus menerus memperoleh kemenangan dan memperluas wilayahnya. Sampai periode abad ke-18, kejayaan kekhalifahan itu berangsur-angsur memudar. Kejatuhan khalifah Islam itu sendiri tidak lepas dari usaha-usaha konspirasi Barat/Eropa. Berbagai cara dilakukan oleh Barat untuk menghancurkan kekhalifahan, termasuk salah satunya adalah kehadiran Mustafa Kemal Pasha, agen Inggris keturunan Yahudi Dunamah dari Salonika sebagai “pahlawan” Turki yang selanjutnya menjadi Presiden Pertama Turki.

Pihak Barat sering salah dalam melakukan analisis terhadap kekhalifahan Tuki ini. Segala kekurangan kekhalifahan seperti “diktatorisme” yang sempat terjadi di tahun 1895-1898 dan 1914-1918 langsung diarahkan kepada sistem Islam. Padahal perlu diingat, setidaknya ada 2 faktor yang mempengaruhi kekurangan itu, seperti buruknya pemahaman Islam dan kesalahan penerapan Islam. Kedua factor itupun merupakan efek konspirasi dari Barat. Jadi saat “pembantaian” ratusan ribu orang di tahun 1895-1898 dan 1914-1918 dijadikan alasan bahwa Islam itu kejam, tidak pada tempatnya. Hasil analisis dari salah satu peserta forum myquran menyatakan, “Perintah pembantaian itu tidak berasal dari Khalifah Muhammad V. Saat itu yg berkuasa/kepala pemerintahan di Turki adalah gerakan Turki muda. Khalifah Muhammad V hanya sebagai kepala negara saja. Saat itu Khilafah Islam masih berdiri, tetapi hanya nama saja. Roda pemerintahannya dijalankan oleh orang-orang Turki muda, tingkah polahnya mengatas namakan Khilafah Islam.”

Islam adalah syariat, yang mengatur segala aspek kehidupan manusia. Berbeda dengan agama lain, yang memang “sebaiknya” dipisahkan dengan urusan duniawi, mengingat adanya pengakuisisian nilai-nilai agama oleh para ahli agamanya. Islam yang komprehensif itu justru membuat penataan kehidupan manusia lebih baik. Dari urusan ibadah, social, politik, budaya, bahkan sampai urusan pribadi manusia semua diatur oleh hukum Islam yang otentik.

Wacana sekulerisasi di Turki terkesan “aneh dan lucu” di tengah gencarnya arus demokrasi. Ditambah lagi dengan perilaku “diktator” militer dan birokrat pemerintahannya yang memaksakan pelaksanaan sekulerisasi itu. Usulan Turki menjadi bagian dari Uni Eropa pun sebaiknya ditinjau ulang. Bukan karena Islamnya Turki, tetapi justru karena tidak demokratisnya Turki.

Contohlah Indonesia yang sudah “berpengalaman” dengan perbedaan agama. Indonesia tidak melarang agama dari kehidupan kenegaraan dan masyarakat, tetapi justru mengatur hak umat beragama. Seperti yang tercantum pada Pasal 29 (2) UUD 1945, "Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu", penjelasannya bahwa negara adalah pihak yang diikat oleh pasal tersebut. Negara harus memberi jaminan kebebasan tiap-tiap penduduknya untuk memeluk agama dan beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya, bukan malah membatasi rakyatnya dalam menjalankan syariat agama.

Sekulerisasi di Turki tetap bertahan, terlepas dari keadaan mayoritas penduduknya yang menganut agama Islam. Realita keberhasilan pemimpin Turki seperti Erbakan dan Erdogan, yang notabene berasal dari “Islam bukan sekuler” tidak menjadi pertimbangan matang. Militer dan birokrat Turki seolah buta terhadap realita itu, justru mereka menunjukkan perilaku fanatik sempit terhadap asas Sekuler. Kalau melihat dari hak-hak masyarakat pun, pemimpin Islam tadi tidak pernah mencederainya. Jauh berbeda dengan anggapan bahwa saat sistem Islam yang berlaku di Turki, kediktatoran dan penyalahgunaan kekuasaan akan terjadi. Jadi tidak ada alasan lagi seharusnya untuk semua rakyat Turki tak terkecuali, saat tetap memelihara ketakutan dan kekhawatiran itu. Apalagi terbukti dengan jumlah suara 34,1 persen yang diperoleh Partai Keadilan Pembangunan (AKP: Adalet ve Kalkinma Partisi) pada pemilu 3 November 2002 lalu, bukanlah sebuah kebetulan.

Krisis politik yang terjadi di Turki sekarang merupakan cerminan ketidaksehatan demokrasi. Tindakan pihak oposisi yang “memboikot” seperti menikam keberhasilan pihak Islam dari belakang. Semoga saja krisis ini tidak semakin diperburuk dengan penggunaan kewenangan militer yang tidak semestinya. Turki adalah sebuah cerminan saat demokrasi disalahartikan. Pihak “pengusung” demokrasi itupun semakin terbuka boroknya, mereka hanya menginginkan demokrasi sama dengan Anti Islam.


Blogger Templates by Isnaini Dot Com and Wedding Gowns. Powered by Blogger